Trump Tetapkan Kelompok Anti Fasisme Itu Organsasi Teroris. Pada 17 September 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan langkah kontroversial melalui platform Truth Social, menyatakan bahwa kelompok anti-fasisme, yang dikenal sebagai Antifa, ditetapkan sebagai “organisasi teroris utama.” Pengumuman ini memicu perdebatan sengit di kalangan publik, politisi, dan aktivis di seluruh dunia. Trump juga menyerukan penyelidikan mendalam terhadap pihak-pihak yang diduga mendanai Antifa, dengan alasan bahwa kelompok ini merupakan ancaman serius bagi keamanan nasional. Langkah ini diambil di tengah situasi politik yang memanas, terutama setelah pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk, yang oleh Trump dan pendukungnya dikaitkan dengan aktivitas kelompok sayap kiri. Artikel ini akan mengupas apa itu Antifa, alasan di balik penetapan ini, reaksi kelompok tersebut, dan implikasinya. BERITA BOLA
Apa Itu Kelompok Anti Fasisme
Antifa, kependekan dari “anti-fasis,” adalah gerakan yang tidak memiliki struktur organisasi formal atau kepemimpinan terpusat. Gerakan ini terdiri dari kelompok-kelompok aktivis sayap kiri yang menentang ideologi fasis, supremasi kulit putih, dan neo-Nazisme, terutama melalui aksi langsung seperti demonstrasi dan konfrontasi fisik di lapangan. Di Amerika Serikat, Antifa mulai menarik perhatian besar setelah pemilu 2016, saat banyak aktivisnya terlibat dalam protes melawan kelompok sayap kanan ekstrem, termasuk selama kerusuhan di Charlottesville pada 2017.
Berbeda dengan organisasi teroris konvensional, Antifa tidak memiliki markas resmi, daftar anggota, atau hierarki yang jelas. Mereka biasanya mengorganisir aksi melalui media sosial atau aplikasi pesan terenkripsi seperti Signal. Aktivis Antifa sering menggunakan taktik seperti memakai masker untuk menyembunyikan identitas dan terlibat dalam bentrokan fisik dengan kelompok yang mereka anggap fasis. Meski beberapa pihak memuji mereka sebagai pejuang melawan rasisme, yang lain mengkritik metode mereka yang dianggap agresif dan kontraproduktif.
Mengapa Kelompok Ini Disebut Organisasi Teroris
Keputusan Trump untuk menetapkan Antifa sebagai organisasi teroris didorong oleh serangkaian peristiwa, terutama pembunuhan Charlie Kirk, pendiri Turning Point USA, pada 10 September 2025. Meski belum ada bukti kuat yang menghubungkan pelaku, Tyler Robinson, dengan Antifa, peluru yang digunakan dalam pembunuhan itu memiliki ukiran bertema anti-fasis, seperti “Bella ciao,” sebuah lagu perlawanan anti-fasis dari Perang Dunia II. Trump dan pendukungnya menuding Antifa sebagai bagian dari “jaringan teror domestik” yang memicu kekerasan politik.
Selama masa kepresidenan pertamanya, Trump juga pernah mengancam akan menetapkan Antifa sebagai kelompok teroris pada 2020, di tengah protes Black Lives Matter pasca-pembunuhan George Floyd. Saat itu, mantan Direktur FBI Christopher Wray menyatakan bahwa Antifa lebih merupakan ideologi daripada organisasi, sehingga sulit untuk diklasifikasikan sebagai kelompok teroris berdasarkan hukum AS. Namun, pada 2025, Trump kembali mengangkat isu ini dengan nada lebih tegas, menyebut Antifa sebagai “bencana radikal sayap kiri yang berbahaya.” Ia juga menyinggung kemungkinan penggunaan undang-undang RICO (Racketeer Influenced and Corrupt Organizations Act) untuk menargetkan pihak yang diduga mendanai aktivitas Antifa, meskipun hukum AS tidak memiliki mekanisme spesifik untuk menetapkan kelompok domestik sebagai organisasi teroris seperti halnya kelompok asing.
Tanggapan Kelompok Anti Fasisme Usai Disebut Organisasi Teroris
Karena sifatnya yang terdesentralisasi, Antifa tidak memiliki juru bicara resmi untuk menanggapi pengumuman Trump. Namun, sejumlah aktivis yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari gerakan ini, serta kelompok hak sipil, bereaksi keras terhadap keputusan tersebut. Beberapa aktivis menyebut langkah ini sebagai upaya Trump untuk membungkam perlawanan terhadap ideologi sayap kanan ekstrem. Mereka menegaskan bahwa Antifa bukanlah organisasi terstruktur, melainkan gerakan yang berfokus pada perlindungan komunitas marginal dari ancaman rasisme dan fasisme.
Organisasi seperti Southern Poverty Law Center (SPLC) dan Anti-Defamation League (ADL) memperingatkan bahwa penetapan ini dapat membuka pintu bagi penyalahgunaan kekuasaan, seperti pengawasan berlebihan terhadap aktivis politik atau pelabelan sewenang-wenang terhadap individu yang ikut protes. Mereka juga menyoroti bahwa tidak ada bukti signifikan yang menghubungkan Antifa dengan aksi terorisme berskala besar, dengan catatan bahwa hanya satu kasus pembunuhan yang diduga terkait Antifa dalam beberapa dekade terakhir, dibandingkan dengan ratusan kasus oleh kelompok sayap kanan. Para kritikus menilai keputusan ini lebih sebagai manuver politik untuk mengalihkan perhatian dari isu lain dan memperkuat basis pendukung Trump.
Kesimpulan: Trump Tetapkan Kelompok Anti Fasisme Itu Organsasi Teroris
Penetapan Antifa sebagai organisasi teroris oleh Trump telah memicu diskusi panas tentang kebebasan berekspresi, keamanan nasional, dan polarisasi politik di Amerika Serikat. Meski Antifa dikenal karena taktiknya yang kontroversial, sifatnya yang tidak terorganisir secara formal menyulitkan penerapan label “organisasi teroris” secara hukum. Langkah ini tampaknya lebih merupakan pernyataan politik untuk menargetkan lawan-lawan Trump, terutama di tengah ketegangan pasca-pembunuhan Charlie Kirk. Namun, tanpa mekanisme hukum yang jelas dan bukti kuat, efektivitas kebijakan ini masih dipertanyakan. Bagi banyak pihak, keputusan ini justru memperlebar jurang perpecahan politik, alih-alih menyelesaikan masalah kekerasan yang ada. Di sisi lain, pendukung Trump melihatnya sebagai langkah tegas untuk menangani ancaman yang mereka anggap nyata. Ke depan, dunia akan terus memantau bagaimana kebijakan ini memengaruhi dinamika politik dan kebebasan sipil di Amerika Serikat.