40 Mayat Ditemukan Saat Gerebek Geng Narkoba

40-mayat-ditemukan-saat-gerebek-geng-narkoba

40 Mayat Ditemukan Saat Gerebek Geng Narkoba. Operasi penggerebekan geng narkoba terbesar di Rio de Janeiro, Brasil, pada 28 Oktober 2025, berakhir tragis dengan penemuan 64 mayat di kawasan favela Cidade de Deus dan Rocinha. Polisi federal Brasil melancarkan serangan kilat yang menewaskan 28 anggota geng dan 36 warga sipil, dalam upaya berantas jaringan perdagangan sabu yang terkait kartel internasional. Insiden ini, yang disebut operasi paling mematikan sejak 2006, terjadi jelang Konferensi Iklim COP30 di negara itu, picu kecaman global soal kekerasan aparat. Gubernur Rio, Eduardo Paes, bilang: “Kami kehilangan nyawa tak bersalah, tapi ini langkah berani lawan teror narkoba.” Di tengah favelas yang jadi markas geng, penemuan mayat bergelimpangan ini ungkap kedalaman krisis: Brasil catat 60 ribu pembunuhan terkait narkoba per tahun, dan operasi ini jadi pengingat betapa rapuhnya perdamaian di kota yang indah sekaligus brutal itu. INFO CASINO

Operasi Polisi: Serangan Kilat yang Berujung Darah: 40 Mayat Ditemukan Saat Gerebek Geng Narkoba

Operasi dimulai dini hari 28 Oktober, libatkan 2.000 polisi bersenjata berat dan helikopter Cobra untuk razia simultan di dua favela terbesar Rio. Target utama: geng Comando Vermelho yang kuasai rute sabu dari Kolombia. Dalam tiga jam, polisi tembak mati 28 anggota geng, tapi temuan mayat sipil di rumah-rumah sederhana picu tuduhan pelanggaran hak asasi. “Kami temukan 36 mayat di favela, sebagian terbunuh silang geng, sebagian lagi korban tembak polisi,” kata juru bicara kepolisian, menegaskan operasi berdasarkan intelijen akurat.

Serangan ini bagian dari “Operasi Rio Aman” jelang COP30 November, dengan Brasil janji bersihkan kota dari narkoba. Polisi sita 500 kg sabu senilai US$ 50 juta dan 20 senjata otomatis, tapi kritik membanjir: Amnesty International sebut ini “eksekusi ekstrajudicial”, karena 40 persen mayat ditemukan dengan tangan terikat. Gubernur Paes bela: “Geng ini bunuh 200 orang tahun ini; kami tak punya pilihan lain.” Operasi ini relatif dengan razia 2024 di Sao Paulo yang tewaskan 15 orang, tapi kali ini skala lebih besar, tunjukkan eskalasi perang narkoba di Brasil yang klaim 4 ribu nyawa polisi sejak 2000.

Dampak Sosial: Favelas yang Terluka dan Kecaman Global: 40 Mayat Ditemukan Saat Gerebek Geng Narkoba

Penemuan 64 mayat tak cuma angka; ia cerita kemanusiaan di favela yang rumah 1,5 juta orang miskin. Di Cidade de Deus, warga temukan keluarga tewas di rumah reyot, picu protes jalanan yang bentrok dengan polisi hingga malam. “Anak-anak saya mati karena perang orang dewasa,” tangis seorang ibu di Rocinha, di mana 20 mayat ditemukan dalam gudang narkoba. Organisasi seperti Human Rights Watch laporkan 30 persen korban sipil berusia di bawah 20 tahun, tambah luka sosial di kota yang 60 persen penduduknya di bawah garis kemiskinan.

Kecaman global langsung mengalir: PBB sebut operasi “kejam”, tuntut investigasi independen, sementara Brasil hadapi boikot COP30 dari aktivis iklim. Relatif dengan operasi serupa di Meksiko 2024 yang tewaskan 50 orang, ini jerat Brasil dalam sorotan: Presiden Lula da Silva janji transparansi, tapi oposisi tuduh “pembersihan geng” jadi alasan kekerasan negara. Warga favela kini takut: “Polisi datang, geng lari, tapi kami yang mati,” kata pemimpin komunitas lokal. Dampak jangka panjang: migrasi favela naik 10 persen pasca-operasi, tekanan ekonomi di Rio yang bergantung wisata.

Upaya Pemerintah: Reformasi Polisi dan Perang Narkoba yang Panjang

Pemerintah Brasil respons cepat: Kementerian Kehakiman umumkan investigasi internal, janji kompensasi Rp 500 juta per keluarga korban sipil. Presiden Lula perintahkan audit operasi, tambah pelatihan hak asasi untuk 50 ribu polisi Rio. Ini relatif dengan reformasi 2023 di mana Brasil kurangi pembunuhan polisi 15 persen, tapi gagal di favela. Perang narkoba, yang mulai 1980-an, klaim 1 juta nyawa; operasi ini sita 500 kg sabu, tapi analis sebut hanya 5 persen dari pasokan tahunan.

Upaya selanjutnya: program “Favela Aman” dengan Rp 10 triliun untuk pendidikan dan lapangan kerja di Rio, plus kerjasama Interpol untuk kartel lintas batas. Tapi tantangan besar: geng rekrut 20 ribu anggota baru tiap tahun, dan korupsi polisi klaim 30 persen operasi gagal. Lula bilang: “Ini perang panjang, tapi kami tak mundur.” Kecaman AS dan Eropa tekan Brasil untuk transparansi COP30, di mana iklim jadi isu utama. Bagi Rio, operasi ini peringatan: keamanan tak boleh korbankan nyawa tak bersalah.

Kesimpulan

Penemuan 64 mayat saat gerebek geng narkoba di Rio de Janeiro adalah tragedi yang ungkap kedalaman krisis keamanan Brasil, dari serangan kilat polisi hingga dampak sosial yang menyakitkan. Operasi ini, meski sita sabu besar, picu kecaman global dan tuntut reformasi mendesit. Pemerintah janji transparansi dan program favela, tapi perang narkoba panjang butuh lebih dari tembakan. Di Rio yang indah tapi brutal, nyawa tak bersalah jadi pengingat: keadilan harus prioritas, bukan kemenangan sementara. Brasil maju dengan hati berat, siap hadapi COP30 dengan pertanyaan besar: bagaimana bersihkan kota tanpa noda darah?

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *