Thailand & Kamboja Sudah Melakukan Deklarasi Perdamaian. Deklarasi perdamaian antara Thailand dan Kamboja pada 26 Oktober 2025 di Kuala Lumpur jadi momen bersejarah yang tutup babak panjang sengketa perbatasan. Disaksikan Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Wakil PM Thailand Anutin Charnvirakul tandatangani Joint Declaration yang perluas ceasefire Juli lalu. Dokumen ini bukan cuma kertas basah tinta, tapi komitmen konkret: Thailand bebaskan 18 tentara Kamboja yang ditahan, kedua negara tarik senjata berat dari zona Preah Vihear, dan buka jalan kerjasama ekonomi. Di tengah dinamika ASEAN yang panas, langkah ini wakili harapan baru—dari bentrokan bersenjata 2008-2011 yang tewaskan puluhan nyawa, ke era dialog yang untungkan rakyat. Saat kedua negara istirahat pasca-deklarasi, dunia perhatikan: apakah ini akhir konflik abadi, atau awal kolaborasi yang lebih kuat? INFO CASINO
Latar Belakang Konflik Perbatasan yang Panjang: Thailand & Kamboja Sudah Melakukan Deklarasi Perdamaian
Sengketa Thailand-Kamboja bukan cerita baru, tapi akarnya dalam sejak 1962 saat Mahkamah Internasional (ICJ) putuskan Candi Preah Vihear milik Kamboja. Putusan itu picu ketegangan, tapi bentrokan bersenjata meledak 2008 saat nasionalisme kedua negara memuncak—puluhan tentara tewas, ribuan warga mengungsi, dan kerusakan candi bersejarah capai jutaan dolar. Insiden 2011 jadi puncak: artileri saling tembak, bikin zona demiliterisasi di bawah pengawasan ASEAN.
Sejak itu, upaya damai naik-turun: MoU 2011 bikin patroli bersama, tapi insiden kecil 2023 picu demonstrasi di Bangkok dan Phnom Penh. Ceasefire Juli 2025, difasilitasi Malaysia sebagai ketua ASEAN, jadi titik balik—kedua PM sepakat hentikan tembak-menembak, tapi deklarasi hari ini tambah gigi: Thailand janji tarik tank dan artileri dalam 30 hari, Kamboja buka akses wisata Preah Vihear untuk turis Thailand. Latar ini tunjukkan, konflik ini tak cuma soal tanah, tapi identitas nasional yang butuh dialog untuk sembuh. Perdana Menteri Hun Manet sebut, “Ini langkah berani untuk masa depan bersama,” sementara Anutin tambah, “Kami pilih perdamaian, bukan peluru.”
Proses Deklarasi di Kuala Lumpur: Thailand & Kamboja Sudah Melakukan Deklarasi Perdamaian
Deklarasi di Kuala Lumpur berlangsung dramatis, dihadiri Trump yang sedang tur Asia Tenggara—ia puji sebagai “Kuala Lumpur Peace Accords” yang mirip Abraham Accords 2020. Pertemuan digelar di Istana Perdana Menteri Malaysia, dengan ASEAN sebagai mediator utama. Dokumen empat salinan ditandatangani dalam bahasa Inggris, isinya konkret: pembentukan komite bersama batas darat, patroli patungan tanpa senjata, dan dana bersama 50 juta dolar untuk reforestasi zona Preah Vihear.
Trump, yang hadir sebagai tamu kehormatan, sebut ini “kemenangan besar untuk stabilitas Asia,” dan janji dukungan AS lewat bantuan militer non-lethal senilai 20 juta dolar untuk kedua negara. Prosesnya tak mudah: negosiasi seminggu sebelumnya hampir gagal karena isu 18 tawanan Kamboja, tapi tekanan ASEAN bikin Thailand setuju bebaskan mereka besok. Sekjen PBB Antonio Guterres sambut positif via pernyataan, sebut ini “konsolidasi ceasefire Juli untuk perdamaian abadi.” Acara tutup dengan foto ketiga pemimpin, simbol harapan di tengah keraguan—proses ini bukti, diplomasi bisa menang lawan nasionalisme.
Dampak Ekonomi dan Diplomatik Jangka Panjang
Deklarasi ini bukti dampaknya langsung ke ekonomi: perdagangan bilateral Thailand-Kamboja capai 10 miliar dolar tahun lalu, tapi sengketa batas hambat investasi di zona Preah Vihear yang potensial wisata 500 ribu pengunjung tahunan. Dengan damai, kedua negara rencana buka koridor ekonomi khusus—Thailand investasi infrastruktur Kamboja senilai 1 miliar dolar dalam tiga tahun, fokus pertanian dan pariwisata. Ekspor beras Kamboja ke Thailand bisa naik 20 persen, sementara turis Thailand ke Angkor Wat aman tanpa khawatir batas.
Diplomatiknya lebih luas: ini perkuat ASEAN sebagai mediator, kurangi pengaruh China di Kamboja yang sering dikritik Thailand. Trump manfaatkan momen untuk promosi “America First” di Asia, janji bantuan untuk stabilitas kawasan. Di level regional, damai ini inspirasi Myanmar dan Laos untuk selesaikan sengketa sungai Mekong. Tapi tantangan tetap: nasionalis di kedua negara bisa picu demo, dan ICJ mungkin dipanggil lagi untuk batas detail. Dampak jangka panjang cerah: perdamaian ini bisa lahirkan blok ekonomi mini ASEAN, untungkan 70 juta rakyat di perbatasan.
Kesimpulan
Deklarasi perdamaian Thailand-Kamboja di Kuala Lumpur 26 Oktober 2025 tutup luka lama sengketa Preah Vihear, dari latar bentrokan 2008 hingga proses negosiasi dramatis dengan Trump sebagai saksi. Dengan pembebasan tawanan dan penarikan senjata, ini bukti diplomasi ASEAN menang, buka pintu ekonomi dan stabilitas kawasan. Meski tantangan nasionalisme mengintai, langkah ini wakili harapan: dari peluru ke kerjasama, Thailand dan Kamboja pilih masa depan cerah. Saat ASEAN maju, dunia perhatikan—perdamaian ini bisa jadi model untuk konflik lain di Asia Tenggara.