Rusia Dukung Rencana AS Untuk Berhentikan Perang Gaza

rusia-dukung-rencana-as-untuk-berhentikan-perang-gaza

Rusia Dukung Rencana AS Untuk Berhentikan Perang Gaza. Dalam perkembangan mengejutkan di panggung diplomatik global, Rusia secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza. Pernyataan ini keluar dari mulut juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada 30 September 2025, hanya sehari setelah Trump merilis proposal 20 poinnya di Gedung Putih bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Rusia selalu mendukung upaya Trump untuk menghentikan tragedi ini,” kata Peskov, menekankan harapan Moskow agar rencana itu membawa kedamaian ke Timur Tengah. Langkah ini datang di tengah hampir dua tahun konflik yang telah menewaskan puluhan ribu nyawa, meruntuhkan infrastruktur Gaza, dan memicu krisis kemanusiaan parah. Dukungan Rusia, yang selama ini sering berselisih dengan AS soal isu global, menandakan potensi celah baru dalam dinamika internasional. Apakah ini tanda thau thaw? Atau sekadar manuver strategis? Saat dunia menanti respons Hamas, inisiatif ini bisa jadi titik balik atau jebakan baru dalam saga panjang konflik Israel-Palestina. BERITA VOLI

Rencana Trump: Kerangka Perdamaian yang Ambisius: Rusia Dukung Rencana AS Untuk Berhentikan Perang Gaza

Rencana Trump, yang dirilis pada 29 September 2025, dirancang sebagai blueprint komprehensif untuk menghentikan tembakan dan membangun Gaza pasca-perang. Dokumen 20 poin itu menjanjikan akhir langsung bagi konflik jika kedua pihak setuju: Israel mundur ke garis yang disepakati, Hamas bebaskan semua sandera dalam 48 jam, dan Gaza demiliterisasi di bawah pengawasan monitor independen. Ada juga program buy-back senjata yang didanai internasional untuk reintegrasi mantan pejuang, plus jaminan amnesti bagi anggota Hamas yang berkomitmen damai—dengan opsi aman bagi yang ingin pergi.

Aspek kunci lainnya adalah pembentukan Gaza International Transitional Authority, badan sementara di bawah mandat PBB yang melibatkan pasukan keamanan multinasional. Ini akan dilatih oleh AS bersama mitra Arab seperti Yordania dan Mesir, fokus pada stabilisasi dan pencegahan ancaman masa depan. Trump juga soroti redevelop Gaza: dana global untuk rekonstruksi, peluang bagi pengungsi kembali tanpa paksaan relokasi, dan jaminan Gaza tak lagi jadi basis serangan terhadap Israel. Netanyahu langsung beri lampu hijau, bilang rencana itu capai tujuan perang Israel—hancurkan kemampuan militer Hamas, akhiri kekuasaan politiknya, dan pastikan keamanan jangka panjang. “Ini akan bawa pulang sandera kita dan ubah Gaza jadi tempat aman,” ujarnya di konferensi pers Gedung Putih. Tapi, rencana ini tak beri peran bagi Hamas di pemerintahan pasca-perang, yang bisa jadi duri buat kelompok itu. Dengan dukungan 142 negara dari Deklarasi New York—inisiatif Prancis-Arab Saudi—proposal ini tampak punya momentum luas, meski tantangan implementasi masih menjulang.

Dukungan Rusia: Dari Kritik ke Kolaborasi Pragmatis

Posisi Rusia soal Gaza selama ini rumit: Moskow sering kritik keras operasi militer Israel, sebut itu “pembantaian brutal” dan tolak aneksasi Tepi Barat, sambil jaga hubungan dekat dengan Iran—sekutu Hamas. Tapi dukungan baru ini bukan kejutan total. Peskov tegas: Rusia ingin rencana Trump “terlaksana dan bantu akhiri kekacauan Timur Tengah secara damai.” Ini selaras dengan abstain Rusia di Resolusi DK PBB 2735 Juni 2024, yang dorong gencatan senjata tiga fase—meski Moskow protes kurangnya konsultasi dengan Israel. Putin lihat peluang: dukung inisiatif AS bisa redakan tekanan regional, kurangi risiko eskalasi yang libatkan sekutu Rusia seperti Hizbullah atau Iran, dan tingkatkan peran Moskow sebagai mediator netral.

Secara strategis, langkah ini bantu Rusia diversifikasi pengaruh di Global South, di mana narasi anti-Barat soal Gaza sering dimanfaatkan untuk kritik invasi Ukraina. Dengan bilang “kami sambut upaya Trump,” Kremlin sinyal siap bantu tanpa terlibat langsung—mungkin lewat forum PBB atau hubungan lama dengan Otoritas Palestina. Tapi, ada nada hati-hati: Rusia tak undang campur tangan di implementasi, dan Peskov bilang belum ada komunikasi resmi dari AS. Ini pragmatis: Moskow butuh stabilitas Timur Tengah untuk fokus Ukraina, di mana Trump janji akhiri perang cepat. Dukungan ini juga bisa jadi bargaining chip—mungkin tukar dengan kelonggaran sanksi AS atau dialog bilateral. Singkatnya, Rusia pilih dukung daripada tolak, harap dapat dividen diplomatik tanpa biaya tinggi.

Respons Pihak Lain: Antara Harapan dan Keraguan

Reaksi dunia campur aduk, tapi condong positif dari Barat dan Arab. Netanyahu sebut rencana “capai tujuan perang kami,” sementara utusan AS Steve Witkoff bilang sukses Gaza bisa “runtuh efek domino” ke Ukraina—implikasi halus ke Rusia. Di sisi lain, Hamas langsung protes: “Kami tak dikonsultasi,” kata sumber dekat kelompok itu, tolak demiliterisasi sebagai “penyerahan total.” Otoritas Palestina, via Mahmoud Abbas, siap ambil alih Gaza tanpa Hamas, tapi khawatir kekosongan kekuasaan picu chaos. Negara-negara Arab seperti Mesir dan Qatar, mediator utama, sambut baik tapi tekan butuh jaminan bantuan humaniter segera—Gaza kini hadapi kelaparan massal dan 90% infrastruktur hancur.

China, sekutu Rusia, abstain di resolusi PBB sebelumnya tapi kini bilang “dukung upaya damai apa pun.” Eropa, lewat Macron, desak Trump tekan Israel hentikan “perang abadi.” Tapi keraguan nyata: Trump sendiri bilang “kami punya kesepakatan,” tapi pengamat ragu Netanyahu rela mundur penuh, apalagi sekutu sayap kanannya tolak libatkan Otoritas Palestina. Hamas, yang tolak tuntutan perlucutan senjata, bisa sabotase dengan tolak proposal. Krisis sandera—138 masih ditahan—jadi kartu truf mereka. Secara keseluruhan, respons tunjuk momentum, tapi butuh tekanan kolektif agar tak jadi kertas basah.

Kesimpulan: Rusia Dukung Rencana AS Untuk Berhentikan Perang Gaza

Dukungan Rusia ke rencana Trump tandai babak baru dalam upaya akhiri perang Gaza, gabungkan ambisi AS dengan pragmatisme Moskow untuk stabilisasi regional. Proposal 20 poin itu janji akhir cepat, rekonstruksi, dan keamanan—didukung Netanyahu dan banyak negara—tapi gantung pada Hamas, yang lihat itu ancaman eksistensial. Dengan krisis humaniter Gaza makin parah, inisiatif ini bisa selamatkan nyawa ribuan atau gagal di ambang implementasi. Bagi Trump, sukses berarti legacy perdamaian; bagi Putin, peluang redakan beban geopolitik. Dunia kini tunggu langkah selanjutnya—apakah dialog lanjut atau tembakan kembali? Satu hal pasti: momentum ini terlalu berharga untuk disia-siakan, dan kolaborasi tak terduga seperti Rusia-AS bisa jadi kunci buka pintu damai yang lama tertutup.

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *