Trump Mengancam Potong Gaji Petugas Bandara yang Absen. Presiden Donald Trump kembali membuat gebrakan kontroversial dengan ancamannya memotong gaji petugas bandara yang absen kerja selama pemadaman pemerintah yang berlangsung sejak awal November 2025. Pernyataan tegas ini disampaikan melalui media sosial pada 10 November, di mana Trump sebut petugas lalu lintas udara harus kembali bertugas atau hadapi potongan upah langsung. Di sisi lain, ia janjikan bonus 10 ribu dolar bagi yang tetap setia tanpa libur. Ancaman ini muncul di tengah krisis penerbangan nasional, dengan lebih dari 1.500 penerbangan dibatalkan sejak Sabtu lalu, memukul ribuan penumpang dan industri transportasi. Bagi Trump, ini cara tegas untuk jaga operasional bandara, tapi bagi pekerja federal, ini pukulan telak di saat gaji sudah tertunda. Apa yang mendorong langkah ini, dan bagaimana dampaknya bagi sistem penerbangan Amerika? REVIEW KOMIK
Ancaman Pemotongan Gaji dan Respons Petugas: Trump Mengancam Potong Gaji Petugas Bandara yang Absen
Trump tak main-main dengan ancamannya. Ia sebut petugas lalu lintas udara yang absen karena pemadaman pemerintah—yang dipicu sengketa anggaran Kongres—sebagai “pengkhianat” yang harus bertanggung jawab. “Kembali kerja sekarang, atau gaji kalian dipotong. Yang setia dapat bonus besar,” tulisnya, menekankan prioritas keselamatan penerbangan di atas segalanya. Ini bukan pertama kalinya Trump ambil sikap keras terhadap pekerja federal; selama masa jabatan sebelumnya, ia pernah tekan serikat buruh dengan kebijakan serupa. Kini, dengan pemadaman memasuki hari keenam, ancaman ini langsung picu gelombang protes.
Serikat pekerja seperti National Air Traffic Controllers Association langsung balas. Ketua serikat, Paul Rinaldi, sebut pernyataan Trump “tidak manusiawi” karena petugas sudah kerja tanpa bayar selama berminggu-minggu. Banyak dari mereka—sekitar 14 ribu orang—wajib bertugas meski tanpa gaji, tapi absen massal ini lahir dari kelelahan dan ketidakpastian finansial. Rinaldi ingatkan bahwa pemadaman ini bukan kesalahan pekerja, melainkan hasil kebuntuan politik. Beberapa petugas cerita soal kesulitan bayar tagihan rumah tangga, membuat ancaman potongan gaji terasa seperti cambuk ganda. Meski begitu, sebagian besar tetap pilih bertahan, takut kehilangan pekerjaan permanen. Respons ini tunjukkan ketegangan antara loyalitas dan hak buruh, dengan Trump posisikan diri sebagai pemimpin tegas yang prioritaskan efisiensi.
Dampak Langsung terhadap Operasional Bandara: Trump Mengancam Potong Gaji Petugas Bandara yang Absen
Pemadaman pemerintah ini sudah sebabkan kekacauan besar di bandara-bandara utama Amerika. Pada Senin saja, lebih dari 1.500 penerbangan dibatalkan, naik dari 1.200 sehari sebelumnya, menurut data Federal Aviation Administration. Bandara seperti JFK di New York dan LAX di Los Angeles jadi pusat kekacauan, dengan ribuan penumpang terjebak berjam-jam. Penundaan rata-rata capai dua jam, dan beberapa rute domestik lumpuh total karena kurangnya petugas lalu lintas udara.
Ancaman Trump justru tambah tekanan pada situasi ini. Beberapa petugas yang sempat absen kini ragu-ragu kembali, takut konsekuensi finansial, sementara yang lain pilih mogok diam-diam. Hasilnya, lalu lintas udara melambat, dengan puncak kemacetan di wilayah timur laut. Menteri Transportasi Sean Duffy bilang banyak petugas bisa tahan satu kali gaji tertunda, tapi dua kali sudah kritis. Industri maskapai rugi miliaran dolar, dengan perusahaan seperti Delta dan American Airlines sebut ini “krisis nasional”. Penumpang biasa paling terdampak: keluarga terpisah, pebisnis kehilangan kesepakatan, dan wisatawan terjebak di tengah musim libur akhir tahun. Trump klaim bonusnya akan motivasi, tapi kritikus sebut ini tak selesaikan akar masalah—yaitu pemadaman yang bisa berlarut-larut jika Kongres tak kompromi.
Konteks Politik dan Implikasi Jangka Panjang
Ancaman ini tak lepas dari dinamika politik Trump menjelang akhir masa jabatannya. Dengan pemilu midterm mendekat, ia gunakan isu ini untuk gambarannya sebagai pemimpin kuat yang tak kompromi dengan “birokrasi malas”. Pendukungnya soroti bagaimana pemadaman ini lahir dari penolakan Demokrat terhadap anggaran dinding perbatasan, membuat Trump tampak sebagai korban konspirasi. Namun, lawan politik seperti Senator Chuck Schumer sebut ini “pembalasan murahan” yang abaikan hak pekerja. Kongres sudah gelar sidang darurat, tapi negosiasi macet di isu utama: pendanaan imigrasi versus program sosial.
Jangka panjang, implikasinya lebih dalam. Jika ancaman Trump ditegakkan, bisa picu tuntutan hukum massal dari serikat buruh, bahkan mogok nasional yang lumpuhkan penerbangan lebih parah. Sistem lalu lintas udara Amerika, yang sudah tua, butuh modernisasi—sesuatu yang Trump janjikan tapi tertunda karena pemadaman berulang. Ekonomi nasional juga terancam: setiap hari keterlambatan biaya hingga 100 juta dolar, menurut perkiraan ekonom. Bagi petugas, ini tambah ketidakstabilan karir, dengan banyak yang pertimbangkan pensiun dini atau pindah profesi. Trump, di sisi lain, lihat ini sebagai peluang reformasi: kurangi pegawai federal dan privatisasi sebagian operasi bandara. Tapi tanpa solusi cepat, kepercayaan publik pada pemerintah bisa anjlok, terutama di kalangan kelas menengah yang bergantung transportasi udara.
Kesimpulan
Ancaman pemotongan gaji Trump terhadap petugas bandara yang absen adalah gejala dari krisis lebih besar: pemadaman pemerintah yang tak kunjung usai dan politik yang terpecah. Meski dimaksudkan untuk jaga operasional, langkah ini malah tambah ketegangan antara pekerja setia dan pemimpin yang tegas. Dengan penerbangan kacau dan ekonomi tertekan, tekanan pada Kongres untuk kompromi semakin mendesak. Bagi Trump, ini ujian kredibilitasnya sebagai pemimpin; bagi petugas, ini perjuangan bertahan hidup. Semoga negosiasi segera temukan jalan tengah, agar langit Amerika kembali ramai tapi aman. Di akhir hari, keselamatan penumpang dan kesejahteraan pekerja harus jadi prioritas, bukan alat politik.