Pangeran Andrew Melepas Gelar Duke of York

pangeran-andrew-melepas-gelar-duke-of-york

Pangeran Andrew Melepas Gelar Duke of York. Pada 17 Oktober 2025, Pangeran Andrew, putra kedua mendiang Ratu Elizabeth II, mengumumkan keputusan bersejarah: ia akan melepas penggunaan gelar Duke of York yang dipegangnya sejak 1986. Pengumuman ini datang setelah diskusi pribadi dengan Raja Charles III, dan langsung disampaikan melalui pernyataan resmi Istana Buckingham. Langkah ini bukan sekadar formalitas; ia langkah simbolis di tengah tekanan berkepanjangan akibat keterlibatannya dalam skandal Jeffrey Epstein, yang kembali mencuat melalui dokumen pengadilan baru-baru ini. Duke of York, yang kini berusia 65 tahun, juga akan melepaskan gelar kerajaan lainnya, termasuk hak untuk disebut “His Royal Highness” dalam acara resmi, serta tidak lagi menghadiri perayaan keluarga seperti Natal di Sandringham. Keputusan ini, meski menyedihkan, jadi upaya terakhir untuk lindungi citra monarki yang sudah rapuh. Di tengah sorotan media global, langkah ini tak hanya tutup babak panjang kontroversi, tapi juga buka jalan baru bagi Pangeran Andrew yang lebih tertutup dari publik. BERITA VOLI

Latar Belakang Keputusan: Dari Skandal Epstein hingga Tekanan Kerajaan: Pangeran Andrew Melepas Gelar Duke of York

Keputusan Pangeran Andrew melepas gelar bukan datang tiba-tiba, melainkan klimaks dari tahun-tahun penuh badai yang dimulai sejak 2019. Saat itu, wawancara infamusnya dengan BBC soal pertemanan dekat dengan Jeffrey Epstein, miliarder AS yang divonis predator seks, jadi pemicu utama. Andrew akui bertemu Epstein berkali-kali, meski klaim tak ingat detail—pernyataan yang malah bikin publik geram. Tuduhan Virginia Giuffre, yang klaim Andrew terlibat dalam eksploitasi seksual saat ia berusia 17 tahun, tambah api: meski Andrew menangis tuduhan itu, gugatan sipil 2022 berakhir dengan penyelesaian di luar pengadilan senilai jutaan poundsterling.

Tekanan keluarga kerajaan makin berat setelah kematian Ratu Elizabeth II pada 2022. Raja Charles, yang lebih fokus reformasi monarki, sudah potong tunjangan Andrew sebesar 250.000 poundsterling per tahun dan larang ia wakili kerajaan resmi. Gelar militer dan patronase hilang pada Januari 2022, tapi gelar Duke of York bertahan—sampai sekarang. Dokumen pengadilan Epstein yang rilis September 2025, ungkap email lama Andrew yang seolah abaikan peringatan, jadi pemicu akhir. “Ini keputusan pribadi untuk lindungi institusi yang saya cintai,” tulis Andrew dalam pernyataan resminya, akui diskusi dengan saudaranya, Raja Charles, berlangsung berminggu-minggu. Langkah ini tak cabut gelar secara permanen—hanya hentikan penggunaan—tapi cukup untuk hapus ia dari daftar acara kerajaan, termasuk upacara kenangan ibunya tahun depan.

Dampak bagi Keluarga Kerajaan: Reformasi dan Citra yang Terluka: Pangeran Andrew Melepas Gelar Duke of York

Melepas gelar ini jadi pukulan bagi citra monarki Inggris yang sudah goyah, tapi juga langkah reformasi yang tak terhindarkan. Raja Charles, yang sejak naik tahta 2022 tekankan monarki ramping, lihat ini peluang bersihkan bayang-buruk masa lalu. Andrew, yang tinggal di Royal Lodge Windsor, kini kehilangan hak akses ke fasilitas kerajaan penuh—artinya, ia harus bayar sendiri tagihan listrik dan keamanan, meski tetap dapat tunjangan dasar. Ini mirip nasib Pangeran Harry dan Meghan, tapi lebih dalam: Andrew tak lagi boleh gunakan gelar di surat resmi atau undangan, buat ia “Pangeran Andrew” biasa saja.

Dampaknya luas: keluarga kerajaan, yang sudah kurangi anggota aktif jadi tujuh orang, kini fokus Pangeran William dan Kate Middleton sebagai pewaris. Charles, yang kritikannya soal Andrew sejak 2019, sebut keputusan ini “pilihan bijak untuk masa depan monarki”. Tapi, tak sedikit yang lihat ini terlambat—survei YouGov Oktober 2025 tunjukkan 62 persen warga Inggris dukung pencabutan total gelar, naik 10 persen dari 2022. Bagi Andrew, ini akhir karir publik: dari wakil duta dagang hingga pensiunan yang hidup tertutup, lengkap dengan hobi golf dan filantropi rendah profil. Reformasi ini tak mudah, tapi jadi contoh bagaimana monarki adaptasi skandal modern.

Respons Publik dan Media: Dari Kritik ke Simpati yang Campur Aduk

Respons publik terhadap keputusan Andrew campur aduk, dengan media Inggris pimpin sorak kemenangan sekaligus sindir sinis. The Sun headline “Bye-Bye Duke: Andrew Finally Bows Out”, soroti betapa lamanya proses ini—lima tahun sejak wawancara BBC yang viral. Di Twitter, hashtag #AndrewOut tren dengan 500.000 postingan, campur meme Epstein dan dukungan untuk Giuffre yang sebut “kemenangan lambat tapi pasti”. Tapi, ada simpati: tabloid seperti Daily Mail ingatkan Andrew korban tuduhan yang tak terbukti di pengadilan, dan keluarganya yang menderita.

Media AS, dengan perspektif Epstein, lebih keras: New York Times sebut ini “terlambat untuk selamatkan reputasi”, sambil ingatkan gugatan Giuffre yang tutup 2022. Di kalangan kerajaan watcher seperti Ingrid Seward, ini langkah “elegan tapi terpaksa”—Andrew, yang dulu ikon gaya, kini jadi simbol kegagalan. Responsnya beragam: aktivis hak perempuan puji sebagai akuntabilitas akhir, sementara monarkis tradisional khawatir erosi monarki. Secara keseluruhan, ini tutup era kontroversi, tapi buka diskusi baru soal transparansi kerajaan di era digital.

Kesimpulan

Keputusan Pangeran Andrew melepas gelar Duke of York pada 17 Oktober 2025 jadi titik akhir panjang kontroversi Epstein yang merusak citra monarki. Dari latar skandal hingga dampak reformasi Charles, plus respons publik yang campur, langkah ini tak hanya lindungi institusi tapi juga beri Andrew ruang baru—mungkin di filantropi atau kehidupan pribadi. Bagi keluarga kerajaan, ini pelajaran mahal: transparansi selamatkan warisan. Andrew, dari pangeran flamboyan jadi figur tertutup, tutup babak dengan anggun. Monarki Inggris maju, lebih ramping dan tangguh—dan dunia saksikan bagaimana mereka bangkit dari bayang-buruk masa lalu.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *