MBG Saat Libur Sekolah Dinilai Aneh dan Tidak Logis

mbg-saat-libur-sekolah-dinilai-aneh-dan-tidak-logis

MBG Saat Libur Sekolah Dinilai Aneh dan Tidak Logis. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tetap berjalan selama libur sekolah akhir tahun 2025 menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Meski Badan Gizi Nasional menegaskan kebijakan ini untuk jaga kesinambungan gizi anak, banyak yang nilai pendekatan ini aneh dan tidak logis. Libur sekolah yang berlangsung sekitar dua pekan, mulai akhir Desember hingga awal Januari 2026, seharusnya jadi waktu istirahat penuh bagi siswa, tapi kewajiban ambil paket MBG di sekolah atau skema lain justru tambah beban orang tua dan potensi boros anggaran negara. BERITA OLAHRAGA

Kritik atas Pemborosan Anggaran: MBG Saat Libur Sekolah Dinilai Aneh dan Tidak Logis

Salah satu sorotan utama adalah potensi menghamburkan uang negara. Dengan ribuan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi aktif, estimasi porsi MBG selama libur bisa capai ratusan juta, dengan nilai triliunan rupiah. Beberapa ekonom dan pengamat nilai ini tidak rasional, apalagi saat ada kebutuhan mendesak seperti bantuan korban bencana alam di beberapa wilayah. Masa libur seharusnya jadi momentum evaluasi program secara menyeluruh, bukan paksa lanjut produksi dan distribusi yang berisiko tidak terserap optimal. Anggaran besar ini bisa dialihkan sementara untuk hal lebih prioritas, tanpa kurangi esensi program saat sekolah aktif.

Beban Tambahan bagi Orang Tua dan Siswa: MBG Saat Libur Sekolah Dinilai Aneh dan Tidak Logis

Kebijakan ini juga dinilai ganggu esensi libur sekolah. Banyak siswa harus datang ke sekolah hanya untuk ambil paket, yang sering berupa makanan kering seperti roti, biskuit, atau susu kemasan. Ini tambah biaya transportasi orang tua, apalagi bagi yang liburan ke luar kota atau pulang kampung. Beberapa orang tua protes karena anak kehilangan waktu istirahat sejati, sementara menu selama libur jauh dari standar gizi ideal—lebih mirip camilan pabrikan daripada makanan bergizi segar. Mekanisme pengambilan atau delivery yang belum seragam di semua daerah bikin situasi makin rumit, dan risikonya makanan tak terambil atau basi.

Kurangnya Efektivitas dan Urgensi

Program MBG dirancang untuk dukung gizi anak saat kegiatan belajar, tapi saat libur, peran orang tua seharusnya lebih dominan dalam atur pola makan. Kekhawatiran penurunan gizi selama libur memang ada, tapi kritik bilang bukti ilmiahnya belum kuat, dan skema saat ini kurang efektif jangkau sasaran. Beberapa anggota DPR dan pengamat usul hentikan sementara selama libur, agar fokus pada evaluasi kualitas menu, distribusi, dan dampak nyata. Paksa jalan program di masa ini terkesan lebih untuk kejar target anggaran daripada manfaat optimal bagi anak.

Kesimpulan

Pelaksanaan MBG selama libur sekolah memang penuh kontroversi, dengan kritik utama pada aspek logisitas, efektivitas, dan potensi pemborosan. Meski niat jaga gizi anak patut diapresiasi, pendekatan saat ini dinilai aneh karena bertentangan dengan makna libur dan tambah beban masyarakat. Di akhir 2025 ini, polemik ini jadi pengingat bahwa program besar perlu fleksibel dan dievaluasi berkala agar benar-benar beri manfaat maksimal. Harapannya, masukan dari berbagai pihak bisa bikin implementasi MBG lebih bijak ke depan, fokus pada saat anak benar-benar butuh dukungan ekstra.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *