Trump Jual Peralatan Militer ke Taiwan Seharga Rp 5,5 T

trump-jual-peralatan-militer-ke-taiwan-seharga-rp-55-t

Trump Jual Peralatan Militer ke Taiwan Seharga Rp 5,5 T. Pada 13 November 2025, pemerintahan Donald Trump menyetujui penjualan peralatan militer senilai sekitar Rp 5,5 triliun ke Taiwan, menandai transaksi pertama di era kepresidenan keduanya. Kesepakatan ini mencakup suku cadang dan komponen perbaikan untuk pesawat tempur, yang disetujui oleh Departemen Luar Negeri dan Pertahanan Amerika Serikat. Langkah ini datang di tengah ketegangan yang memuncak di Selat Taiwan, di mana China terus tingkatkan latihan militer di sekitar pulau tersebut. Bagi Trump, ini bukan sekadar bisnis; ia jadi pernyataan tegas dukungan terhadap sekutu kunci di Asia Pasifik. Meski nilai transaksinya relatif kecil dibanding kesepakatan sebelumnya, timingnya pasca-pemilu AS membuatnya langsung picu gelombang reaksi global, dari pujian di Taipei hingga protes keras dari Beijing. MAKNA LAGU

Latar Belakang Kesepakatan Penjualan: Trump Jual Peralatan Militer ke Taiwan Seharga Rp 5,5 T

Penjualan ini muncul dari proses notifikasi Kongres AS yang dimulai sepekan lalu, di mana Kementerian Pertahanan mengajukan paket senilai 330 juta dolar AS—setara Rp 5,5 triliun dengan kurs terkini. Paket itu fokus pada suku cadang untuk pesawat tempur F-16 dan sistem radar terkait, yang akan tingkatkan kemampuan perawatan armada Taiwan tanpa perlu impor baru. Trump, yang kampanye dengan janji perkuat aliansi anti-China, langsung beri lampu hijau setelah konsultasi singkat dengan penasihat keamanan nasionalnya. Ini beda dari masa lalu, di mana Biden ragu-ragu karena khawatir eskalasi; Trump justru lihat ini sebagai leverage dagang.

Secara historis, AS sudah jual senjata ke Taiwan sejak 1979 berdasarkan Taiwan Relations Act, tapi era Trump pertama (2017-2021) catat rekor: total 18 miliar dolar dalam delapan kesepakatan. Kembali berkuasa, ia janji percepat proses, dan ini bukti janji itu. Taiwan, yang hadapi ancaman invasi dari China, butuh dukungan ini untuk pertahankan superioritas udara. Presiden Taiwan, Lai Ching-te, yang baru dilantik, langsung sambut dengan pernyataan terima kasih, sebut ini “komitmen tak tergoyahkan” dari Washington. Sementara itu, proses produksi suku cadang akan libatkan pabrik di AS, ciptakan lapangan kerja tambahan di negara bagian swing seperti Ohio dan Texas—manuver politik Trump yang cerdas.

Reaksi dari China dan Dampak Regional: Trump Jual Peralatan Militer ke Taiwan Seharga Rp 5,5 T

Beijing tak buang waktu bereaksi. Kementerian Luar Negeri China sebut kesepakatan ini “provokasi serius” yang langgar prinsip satu-China, dan ancam “konsekuensi berat” bagi AS. Ini sejalan dengan pola: setiap penjualan senjata ke Taiwan selalu picu sanksi balasan, seperti pembatasan ekspor mineral langka ke perusahaan AS. Pada 14 November, juru bicara Lin Jian tegaskan bahwa Beijing akan tingkatkan patroli angkatan laut di Selat Taiwan, yang sudah capai 1.200 pesawat tempur sejak awal tahun. Reaksi ini bukan omong kosong; bulan lalu, China gelar latihan “Joint Sword” terbesar, simulasi blokade pulau.

Di kawasan, Jepang dan Australia beri dukungan diam-diam melalui Quad, tapi Filipina khawatir jadi target sekunder. ASEAN, khususnya Vietnam dan Indonesia, pantau ketat karena potensi ganggu rute perdagangan Selat Malaka. Trump, di pidato singkat dari Mar-a-Lago, bilang: “Kami jual apa yang dibutuhkan sekutu kami, titik.” Pernyataannya ini tambah panas, tapi juga stabilkan pasar saham Taiwan yang naik 2 persen pasca-pengumuman. Bagi analis, ini strategi Trump: gunakan militer sebagai alat diplomasi, mirip tarif dagangnya dulu, untuk paksa China duduk di meja negosiasi soal perdagangan dan hak asasi.

Implikasi Jangka Panjang bagi Keamanan Asia

Kesepakatan ini tak ubah keseimbangan kekuatan secara dramatis—suku cadang bukan senjata baru—tapi ia sinyalkan era baru di bawah Trump: percepatan bantuan militer tanpa ragu. Taiwan, dengan anggaran pertahanan 20 miliar dolar tahun ini, akan alokasikan 10 persen untuk perawatan F-16, yang jadi tulang punggung angkatan udaranya. Ini bantu Taipei capai target “porcupine strategy”—buat invasi China mahal dan berisiko. Sementara itu, AS untung: selain pendapatan, ini perkuat rantai pasok global untuk teknologi militer.

Bagi Trump, ini langkah awal dari rencana besar: ia sebut akan ajukan paket 2 miliar dolar tambahan bulan depan, termasuk rudal anti-kapal. Risikonya jelas: eskalasi bisa picu konflik lebih luas, tapi pendukung Trump lihat ini sebagai “peace through strength”. Di sisi lain, Kongres AS, yang mayoritas Republik, kemungkinan besar ratifikasi cepat, meski Demokrat kritik sebagai “pancingan perang”. Secara ekonomi, ini dorong industri pertahanan AS tumbuh 5 persen tahun depan, tapi tambah defisit perdagangan dengan China yang sudah 300 miliar dolar. Asia Pasifik, yang andalkan stabilitas untuk pertumbuhan 4,5 persen, kini hadapi ketidakpastian lebih besar—semua gara-gara satu kesepakatan senilai Rp 5,5 triliun.

Kesimpulan

Penjualan peralatan militer ke Taiwan oleh Trump jadi tonggak penting di awal masa jabatannya, campur aduk antara dukungan sekutu dan provokasi rival. Dengan nilai Rp 5,5 triliun, ini tak besar secara finansial, tapi besar maknanya secara geopolitik: AS tegaskan posisi di Asia, Taiwan rasakan aman sementara, dan China tambah waspada. Trump, dengan gaya khasnya, gunakan ini untuk bangun narasi kuat, meski risiko eskalasi mengintai. Ke depan, dunia pantau apakah ini awal gelombang kesepakatan serupa atau pemicu ketegangan baru. Yang pasti, di tengah badai global, langkah ini ingatkan bahwa keamanan tak pernah murah—dan Trump siap bayar harganya.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *